Friday, April 3, 2009

Definisi Kritik Sastra

Kritik adalah analisis untuk menilai suatu karya sastra. Tujuan kritik sebenarnya bukan menunjukkan keunggulan, kelemahan, benar/salah sebuah karya sastra dipandang dari sudut tertentu, tetapi tujuan akhirnya mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra setinggi mungkin dan mendorong pembaca untuk mengapresiasi karya sastra secara lebih baik.

Ada 2 jenis kritik sastra:
  1. Kritik sastra intrinsik -> fokusnya pada karya sastra itu sendiri dan menganalisa unsur-unsur karya sastra itu.
  2. Kritik sastra ekstrinsik -> Menghubungkan karya sastra dengan hal-hal diluar karya sastra. Misal: menghubungkan karya sastra dengan pengarangnya, karya sastra dihubungkan dengan ilmu psikologi, agama, sejarah, filsafat.

Tuesday, March 24, 2009

Paragraph

Paragraph is a group of sentence expressing one complete idea/topic.

A good paragraph should be containing of:

1) Topic sentence/Introductory Sentence

- Dealing with one topic and statement/controlling about the topic

Ex: My father is a very efficient businessman.

- Should be general statement

- Should be able to be developed/explained/discussed.

Ex: I was sick last week or My sickness destroyed my activities.

2) Supporting sentence/details

- Very details concerning

- The topic discussed

- Can be explanation, definition, examples, analogy, etc.

- Competition

3) Concluding Sentences

- Restatement of the topic sentences

- Conclusion of the supporting sentences

- Opinion/impression of the writer toward topic sentence

- As a link to the next paragraph.

4) Connectives

- Numeration = Firstly, secondly,… finally

- Addition = and, also, in addition

- Contradiction = the contrast, conversely, but, however

- Reason = because, since, as

- Comparison = similarly, like

5) Punctuator = colon, semi colon, etc..

Tuesday, March 17, 2009

Essai

Essai adalah karangan pendek tentang suatu fakta yang dibahas menurut pandangan pribadi penulis.

Essai merupakan ungkapan pribadi penulis terhadap suatu fakta. Sebuah essai dapat membahas apa saja tidak selalu tentang sastra.

Essai digolongkan menjadi 2:
a. Essai Formal
Ditulis dengan bahasa yang lugas atau apa adanya dan memenuhi aturan penulisan yang baku serta undur pemikiran tentang analisis amat dipentingkan/difokuskan.
b. Essai Non Formal/Personal
Mempunyai gaya bahasa yang lebih bebas, semantara unsur pemikiran dan perasaan lebih leluasa masuk ke dalam essai tersebut.

Dari cara pembahasan, Essai dibagi menjadi 4:
1. Essai Deskripsi
Essai ini hanya menggambarkan suatu fakta dengan apa adanya tanpa ada kecenderungan si penulis untuk menjelaskan/menafsirkan fakta.
2. Essai Eksposisi
Essai jenis ini selain menggambarkan fakta juga menjelaskan sebab akibatnya.
3. Essai Argumentasi
Selain menunjukkan suatu fakta, essai ini juga menunjukkan permasalahan dan kemudian menganalisa dan mengambil analisa.
4. Essai Narasi
Essai yang menggambarkan suatu fakta dalam bentuk urutan yang kronologis dari sebuah cerita.

Sunday, March 8, 2009

Karya Sastra

Manfaat membaca karya sastra:
  1. Karya sastra besar memberi kesadaran kepada pembacanya tentang kebenaran-kebenaran hidup.
  2. Karya sastra memberikan kegembiraan dan kepuasan batin. Jadi hiburan yang diberikan adalah hiburan spiritual dan intelektual yang menurut banyak orang kadarnya lebih tinggi daripada kebahagiaan badani.
  3. Karya sastra besar itu karya seni dan memenuhi kebutuhan naluri manusia terhadap keindahan. keindahan adalah kodrat manusia.
  4. Karya sastra yang besar memberikan penghayatan yang mendalam terhadap apa yang kita ketahui.
  5. Membaca karya sastra besar menolong menjadikan pembacanya menusia berbudaya. Maksudnya manusia yang responsif/peka/bereaksi terhadap hal-hal yang luhur, yang baik dalam hidup ini.

Jenis-jenis Karya sastra:
  1. Karya sastra fiksi
  2. Karya sastra non fiksi.

Persamaan dan Perbedaan karya sastra fiksi dan non fiksi:

Persamaan -> dua-duanya mempunyai estetika seni (keutuhan, harmony, fokus, balance).

Perbedaan ->
  1. Karya sastra fiksi cenderung imajinatif, sedang non fiksi cenderung berupa fakta.
  2. Bahasa yang digunakan bermakna konotatif/kias, non fiksi bahasa yang digunakan bahasa ilmiah.
Jenis Karya sastra non fiksi/non imajinatif:
  1. Essai
  2. Kritik
  3. Biografi
  4. Autobiografi
  5. Sejarah
  6. Memoar
  7. Catatan harian
  8. Surat-surat
Jenis Karya Imajinatif:
  1. Prosa
  2. Puisi

Monday, February 23, 2009

Apakah sastra itu?

Menurut Sumardjo dan Sumaini, tahapan untuk mencapai definisi sastra secara global:
1. Sastra adalah seni bahasa.
2. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam.
3. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa.
4. Sastra adalah inspirasi kehidupan yang dimateraikan dalam sebuah bentuk keindahan.
5. Sastra adalah semua buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang benar dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan dan bentuk yang mempesona.

Ada beberapa hal yang menyebabkan pemberian definisi sastra sulit/tidak mungkin, yaitu:
1. Karena sastra itu bukan ilmu, sastra adalah seni.
2. Jika batasan/definisi sastra dibuat, maka akan sulit menjangkau semua jenis sastra. Batasan prosa berbeda dengan puisi apalagi tentang drama.
3. definisi biasanya tidak berhenti pada membuatdeskripsi saja, tetapi juga mencakup usaha penilaian. Seperti perasaan spontan (bagaimana mengukur spontan). Misal: penilaian.
4. Batasan sastra bersifat nature.

Dari batasan yang didapat ternyata mendapat unsur yang sama, yaitu isi sastra:
1. Pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat, keyakinan, kepercayaan.
2. Ekspresi/ungkapan.
3. Bentuk.
4. Bahasa.

Kemudian kesemuannya tersebut dijadikan satu definisi lagi, yaitu:
Sastra adalah ungkapan pribadi dari seseorang manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

Syarat-syarat keindahan:
1. Keutuhan/unity.
2. Keselarasan/harmony. -> Antar unsur tidak saling mnejatuhkan.
3. Keseimbangan/balance.
4. Fokus/pusat penekanan sesuatu unsur, atau disebut juga Rightemphesys.

Wednesday, February 4, 2009

Riwayat Hidup J.R.R Tolkien

John Ronald Reuel Tolkien atau lebih dikenal dengan nama J.R.R Tolkien lahir pada tanggal 3 Januari 1892 di Orange Free State, Bloemfontein, Afrika Selatan. Tolkien biasa dipanggil Ronald oleh teman-teman dan keluarganya. Ayahnya bernama Arthur Tolkien dan ibunya bernama Mabel. Arthur Tolkien membawa keluarganya pindah dari Inggris ke Afrika Selatan karena ia terpilih menjadi manajer di sebuah bank di Afrika Selatan.

Ketika Tolkien hampir menginjak usia 3 tahun, ayahnya meninggal karena sakit demam rematik. Sepeninggal ayahnya, Tolkien bersama ibu dan adiknya kembali ke Inggris dan tinggal di daerah Sarehole, dekat Birmingham. Tolkien sangat menyukai pemandangan alam di Sarehole, sehingga hampir semua setting karyanya menyerupai keadaan di Sarehole.

Pada tahun 1900, Mabel berganti agama katolik dan pada tahun 1904 Mabel meninggal karena penyakit diabetes. Tolkien dan adiknya kemudian diasuh di panti asuhan oleh seorang pendeta di Birmingham Oratory yang bernama Father Francis Morgan. Namun tidak lama Tolkien tinggal di panti asuhan karena kemudian ia dan adiknya diangkat anak oleh Mrs. Faulkner. Mrs. Faulkner mempunyai anak perempuan yang seumuran Tolkien bernama Edith Bratt. Keduanya kemudian bersahabat dan menjalin kasih.

Tolkien bersekolah di King’s Edward School. Disana ia mempelajari sastra Anglo-Saxon kuno dan Inggris kuno pertengahan. Ia mempunyai talenta yang hebat dibidang linguistik. Pada tahun 1911, Tolkien diterima di Exeter College, Oxford jurusan sastra kuno dan perkembangan philologi. Selain mempelajari bahasa Yunani kuno dan Romawi kuno, Tolkien juga belajar bahasa Gothik dan Finlandia.

Pada tahun 1914, pecah perang dunia I. Saat itu Tolkien hampir menyelesaikan studinya di Exeter College. Pada tahun 1915, Tolkien lulus dari Exeter dan menjadi lulusan pertama di bidang bahasa dan sastra Inggris sekaligus berpangkat letnan dua di Lancashire Fusiliers. Pada bulan Juni 1916 sebelum embargo perang dunia I ke Perancis dimulai, Tolkien menikahi Edith Bratt. Saat perang dimulai lagi, Tolkien kehilangan dua dari tiga teman dekatnya yang tewas di medan perang. Namun tak lama kemudian Tolkien dikirim pulang kembali ke Inggris karena terserang penyakit typus.

Sambil menjalani penyembuhan, Tolkien menulis cerita yang merupakan mythology dari Middle-Earth berjudul The Book of Lost Tales namun kemudian berganti judul menjadi The Silmarillion. Pada tahun 1938, Tolkien menulis essay tentang dampak perang bagi pribadi seseorang yang berjudul On Fairy-Stories. Pada tahun 1925, Tolkien mendapatkan penghargaan tertinggi atas ilmunya dibidang Anglo-Saxon dari Oxford.

Pada tahun 1929, Edith melahirkan buah hatinya dengan tolkien yang keempat. Kehadiran buah hatinya yang keempat ini menginspirasi Tolkien untuk menulis cerita untuk anak-anak yang berjudul The Hobbit. Pada tahun 1936, The Hobbit pertama kali di cetak oleh sebuah perusahaan penerbitan yang bernama Allen and Unwin. Setelah diterbitkan, novel ini menuai sukses dan banyak permintaan untuk kelanjutan kisah berikutnya.

Kisah kelanjutannya yaitu The Lord of The Rings yang menjadi fenomena di dunia fiksi dan sastra. Novel ini terbit dalam berbagai versi dan melalui beberapa revisi. Novel trilogi ini terdiri dari The Fellowship of The Rings (22 sub bab dalam 2 bab), The Two Towers (21 bab dalam 2 bab), dan The Return of The King (19 sub bab dalam 2 bab).

Pada masa tuanya, Tolkien bersama istrinya pindah ke Oxford, namun kemudian pindah lagi ke Bournemouth. Setelah Edith meninggal pada tahun 1971, Tolkien kembali ke Oxford dan menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 2 September 1973.

Empat tahun setelah kematian Tolkien, Novel The Silmarillion diedit dan diterbitkan oleh anaknya yang bernama Christopher. Sepanjang hidupnya, Tolkien banyak menghabiskan waktunya untuk menulis, baik yang berhubungan dengan The Lord of The Rings maupun tidak. Beberapa karya sastra Tolkien lainnya adalah Roverandom, Unfinished Tales, The Adventure of Tom Bombadil.

Tuesday, February 3, 2009

Riwayat Hidup Remy Sylado

Remy Sylado lahir di Makassar 12 Juli 1945. Dia salah satu sastrawan Indonesia. Nama sebenarnya adalah Yapi Panda Abdiel Tambayong (Jampi Tambajong). Ia menghabiskan masa kecil dan remaja di Solo dan Semarang. Sejak usia 18 tahun dia sudah menulis kritik, puisi, cerpen, novel, drama, kolom, esai, sajak, roman popular, juga buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan teologi. Ia memiliki sejumlah nama samaran seperti Dova Zila, Alif Dana Munsyi, Juliana C. Panda, Jubal Anak Perang Imanuel. Dibalik kegiatannya dibidang musik, seni rupa, teater, dan film, dia juga menguasai sejumlah bahasa.

Remy Sylado memulai karir sebagai wartawan majalah Tempo (Semarang, 1965), redaktur majalah Aktuil Bandung (1970), dosen Akademi Sinematografi Bandung (1971), ketua Teater Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung. Remy terkenal karena sikap beraninya menghadapi pandangan umum melalui pertunjukan-pertunjukan drama yang dipimpinnya.

Selain menulis banyak novel, ia juga dikenal piawai melukis, dan tahu banyak akan dunia perfilman. Saat ini ia bermukim di Bandung. Remy pernah dianugerahi hadiah Sastra Khatulistiwa 2002 untuk novelnya Kerudung Merah Kirmizi.

Dalam karya fisiknya, sastrawan ini suka mengenalkan kata-kata Indonesia lama yang sudah jarang dipakai. Hal ini membuat karya sastranya unik dan istimewa, selain kualitas tulisannya yang sudah tidak diragukan lagi. Penulisan novelnya didukung dengan riset yang tidak tanggung-tanggung. Seniman ini rajin ke Perpustakaan Nasional untuk membongkar arsip tua, dan menelusuri pasar buku tua. Pengarang yang masih menulis karyanya dengan mesin ketik ini juga banyak melahirkan karya berlatar budaya diluar budayanya. Diluar kegiatan penulisan kreatif, ia juga kerap diundang berceramah teologi.

Karya yang pernah dihasilkan olehnya antara lain : Orexas, Gali Lobang Gila Lobang, Siau Ling, Kerudung Merah Kirmizi (2002). Kembang Jepun (2003), Matahari Melbourne, Sam Po Kong (2004), Rumahku di Atas Bukit, 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Bahasa Asing, dan Drama Musikalisasi Tarragon “ Born To Win “ , dan lain-lain.
Remy Sylado pernah dan masih mengajar di beberapa perguruan di Bandung dan Jakarta seperti Akademi Sinematografi, Institut Teater dan Film, dan Sekolah Tinggi Teologi.

Kritik Sosial

Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai control terhadap jalannya suatu system social atau proses bermasyarakat. Menurut Marbun, kritik social merupakan frase yang terdiri dari dua kata yaitu kritik dan social. Adapun yang dimaksud dengan kritik adalah suatu tanggapan atau kecaman yang kadang-kadang disertai dengan uraian dan pertimbangan baik maupun burukya suatu hasil karya, pendapat, dsb (1996:359). Sementara di sisi lain, Webster menjelaskan bahwa kata kritik berasal dari bahasa Latin criticus atau bahasa Yunani kritikos yang berarti a judge atau dari kata kinnea yang berarti to judge (1983:432).

Sementara itu sosial memiliki pengertian having to do with human beings living together as a group in a situation that they have dealing with another (Webster, 1983:1723).

Berdasarkan definisi dari dua kata tersebut, Astrid Susanto seperti yang dikutip oleh Mafud (1997:47) mengambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kritik sosial adalah suatu aktifitas yang berhubungan dengan penilaian (juggling), perbandingan (comparing), dan pengungkapan (revealing) mengenai kondisi sosial suatu masyarakat yang terkait dengan nilai-nilai yang dianut ataupun nilai-nilai yang dijadikan pedoman. Kritik sosial juga dapat diartikan dengan penilaian atau pengjian keadaaan masyarakat pada suatu saat (Mahfud, 1957:5). Dengan kata lain dapat dikatakan, kritik sosial sebagai tindakan adalah membandingkan serta mengamati secara teliti dan melihat perkembangan secaa cermat tentang baik atau buruknya kualitas suatu masyarakat. Adapun tindakan mengkritik dapat dilakukan oleh siapapun termasuk sastrawan dan kritik sosial merupakan suatu variable penting dalam memelihara system social yang ada.

Monday, February 2, 2009

Sosiologi Sastra

Sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan sekaligus membentuknya. Wellek dan Warren membahas hubungan sastra dan masyarakat sebagai
berikut:

Literature is a social institution, using as its medium language, a social
creation. They are conventions and norm which could have arisen only in society.
But, furthermore, literature ‘represent’ ‘life’; and ‘life’ is, in large
measure, a social reality, eventhough the natural world and the inner or
subjective world of the individual have also been objects of literary
‘imitation’. The poet himself is a member of society, possesed of a specific
social status; he recieves some degree of social recognition and reward; he
addresses an audience, however hypothetical. (1956:94)


Senada dengan pernyataan diatas, Damono mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antar masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang (2003:1). Bagaimanapun juga, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat dan menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu.

Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan itu disebut sosiologi sastra dengan menggunakan analisis teks untuk mengetahiu strukturnya, untuk kemudian dipergunakan memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang di luar sastra (Damono, 2003:3).

Sosiologi adalah telaah tentang lembaga dan proses sosial manusia yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah ekonomi, agama, politik dan lain-lain — yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial— kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing.

Sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama. Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat sebagai usaha manusia untuk menyesuakan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dengan demikian, novel dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial yaitu hubungan manusia dengan keluarga, lingkungan, politik, negara, ekonomi, dan sebagainya yang juga menjadi urusan sosiologi. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi dapat memberi penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa sosiologi, pemahaman kita tentang sastra belum lengkap.

Rahmat Djoko Pradopo (1993:34) menyatakan bahwa tujuan studi sosiologis dalam kesusastraan adalah untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai hubungan antara pengarang, karya sastra, dan masyarakat.

Pendekatan sosiologi sastra yang paling banyak dilakukan saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap aspek dokumenter sastra dan landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya. Pandangan tersebut beranggapan bahwa sastra merupakan cermin langsung dari berbagai segi struktur sosial hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain. Dalam hal itu tugas sosiologi sastra adalah mengubungkan pengalaman tokoh-tokoh khayal dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan asal usulnya. Tema dan gaya yang ada dalam karya sastra yang bersifat pribadi itu harus diubah menjadi hal-hal yang bersifat sosial.

Riwayat Hidup Jonathan Swift

Jonathan Swift lahir di Dublin 30 November 1667. Ia adalah seorang satiris dan jurnalis terkemuka dalam kesusastraan Inggris. Swift pernah menempuh pendidikan di Kilkenny Grammar School (1674-1682) dan melanjutkannya di Trinity College Dublin (1682-1689). Ia termasuk anak yang pandai dan di usia 25 tahun ia telah mendapatkan gelar MA.

Swift juga berperan aktif di kalangan gereja. Ia diangkat menjadi pejabat geraja Anglikan di Irlandia. Tugasnya sebagai petinggi gereja menuntutnya untuk melakukan beberapa perjalanan ke London. Karena hal inilah, essai-essai yang dibuatnya mulai dikenal orang banyak, sehingga dengan cepat ia mampu menjadi tokoh penting dalam kesusastraan Inggris yang saat itu Inggris ada di bawah pimpinan Ratu Anne (1704-1714).

Pada tahun 1710 Swift mencoba untuk memulai karirnya dalam dunia politik melalui peran aktifnya dalam partai Whig yang lebih menekankan sistem pemerintahan parlemen dan memperjuangkan golongan menengah. Namun demikian, seiring dengan perkembanagn politik yang terjadi dan kekecewaan Swift dengan kinerja partainya, ia memutuskan untuk berganti partai dan bergabung menjadi anggota Tory. Ia juga mengambil alih The Examiner, surat kabar yang diterbitkan Tory. Ketika George I menduduki tahta kerajaan Inggris untuk menggantikan Ratu Anne, Tory mulai kehilangan kekuatan politiknya dan Swift memutuskan untuk kembali ke Irlandia. Ia pun kembali bergelut dalam kegiatan gereja dan menjadi pemimpin jemaat gereja Katedral St. Patrick di Dublin. Hal tersebut berpengaruh terhadap tulisan-tulisan Swift berikutnya menjadi lebih bersifat religius.

Swift adalah seorang yang penuh ambisi dan sadar akan keistimewaannya. Keangkuhan dan egosentrismenya yang besar mendatangkan kekecewaan dan kesengsaraan batin pada dirinya sendiri. Ia menaruh perasaan pahit dan dendam terhadap nasibnya dan terhadap masyarakat seluruhnya. Semua itu dilampiaskan dalam tulisan-tulisannya yang bernada satiris. Karyanya Gulliver’s Travels merupakan satir tajam atas apa yang telah ia dapat dalam kehidupannya, walaupun sebagian besar pembaca tidak menyadari. Karya satirnya yang lain adalah A Tale of A Tub (1704) sebuah satire religius, The Drapiers Letter (1724) yang ditulis untuk melawan monopoli pemerintah Ingris terhadap pembuatan uang logam di Irlandia, dan juga ada A Modest Proposal (1729) dengan kenyataan mengejutkan yang menganjurkan bahwa kemiskinan di Irlandia dapat diatasi dengan menitipkan anak-anak untuk diasuh oleh keluarga-keluarga kaya.

Swift meninggal 19 Oktober 1745 di usia 78 tahun. Untuk menghormati jasanya, ia dimakamkan di halaman gerejaKatedral St. Patrick Dublin.